Kumpulan Puisi Puisi

Surat Untukmu

Dalam sepi kucoba renungi
Makna segala perkataanmu
Kucoba ‘tuk ambil hikmahnya
Kucoba tersenyum pada nasib

Kau ingkari hatimu
Demi ‘tuk raih sebuah harapan
Dalam kecewa kukagumi dirimu
Bulan pun sembunyi malam ini

Pengorbanan seorang perawan
Yang dulu pernah bersinar
Biarkan mereka menyerang
Biarkan mereka hancurkan

Demi Sebuah Mimpi

Berlari-lari mengejar mentari

Kala hujan menunggu pelangi

Sepertinya lelah enggan menyentuh

Tubuh kecil yang penuh semangat

Riak ombak bergulung dari kejauhan

Ketika aku menatap di sini

Pandanganku jauh menerawang

Esok,

Ah, aku masih tidak tahu tentang esok

Di Manakah Cinta?

Di manakah cinta?
Apabila cinta bermain akrobat di belakangku…
Bila cinta bersembunyi di balik selimut palsu
Bila wajahnya pun bersembunyi di balik topeng
Sehingga belaian hanyalah sebuah bayangan semu

Di manakah cinta?
Bila bibir seperti sayat belati…
Bila mata seperti api menjalar..
Bila langkah menjadi terseret-seret
Sehingga terhempas debu dan angin kencang

Gambaran Hidup Penghuni Pulau Sagu

setiap kali melihat pohon sagu
membayang sosok penghuni
pulau Sagu

pada batangnya yang besar dan kasar
kukenang sosok yang kekar dan tegar
menantang badai yang datang silih berganti

pada riuh-rendah daunnya diterpa angin
kudengar suara orang memanggil
bila kususuri jalan yang salah
lalu diam bersama angin yang mereda
bersama langkah kaki menapak di jalan yang benar

 

Jujur Saja

aku ditampar terkapar semua pudar
yang berakar menjadi besar bayangan tergambar
kebencian takkan usai di sini
tangan terkepal pecahkan kaca sepenggal
menjadi buyar
menjadi pudar
itukah terbaik yang kau bisa
itukah kata hatimu
jujur saja..
jujur saja padaku..
terdengar di sana
hatimu berkata tidak
begitu ingin kau membelai
setulus hati sepenuh cinta..

Dengar Pendapat

Wajah keruh Anggun menandakan

betapa teruknya keadaan yang ada dalam pikirannya, otak,

dan mungkin emosinya. Anggun,

mungkin hanya namanya saja,

dalam kesehariannya tak satu pun yang terlihat anggun di mata rekan,

tetangga juga keluarganya.

Itulah Aku

Pagiku sirna terhempas di atas bebatuan tajam
Siang yang menjelang tak mampu membuat hangat tubuhku yang kedinginan di dalam peraduan.
Banyak pesan ku kirimkan untukmu, wahai Rajaku seorang.

Itulah Aku
Bukan untuk menghindari etika itu.

Itulah perasanku…
Karena suara hati tak pernah menipu

Itulah isi hatiku…
Karena bicara kadang membuat lidah kelu.